13.52 |
Label:
Artikel
Suatu
hari saya naik angkutan kota dari Darmaga menuju Terminal
Baranangsiang, Bogor. Pengemudi angkot itu seorang anak muda. Didalam
angkot duduk 7 penumpang, termasuk saya. Masih ada 5 kursi yg belum
terisi.
Di
tengah jalan, angkot2 saling mnyalip untuk berebut penumpang. Tapi ada
pmandangan aneh. Di depan angkot yg kami tumpangi, ada seorang ibu dgn 3
orang anak remaja berdiri di tepi jalan. Tiap ada angkot yg berhenti
dihadapannya, dari jauh kami bisa melihat si ibu bicara kepada supir
angkot, lalu angkot itu melaju kembali.
Kejadian
ini terulang beberapa kali. Ketika angkot yg kami tumpangi berhenti, si
ibu bertanya: “Dik, lewat terminal bis ya?”, supir tentu menjawab “ya”.
Yang aneh si ibu tidak segera naik. Ia bilang “tapi saya dan ke 3 anak
saya tidak punya ongkos.” Sambil tersenyum, supir itu menjawab “gak papa
Bu, naik saja”, ketika si Ibu tampak ragu2, supir mengulangi
perkataannya “ayo bu, naik saja, gak papa ..”
Saya
terpesona dgn kebaikan Supir angkot yg masih muda itu, di saat jam
sibuk dan angkot lain saling berlomba untuk mencari penumpang, tapi si
Supir muda ini merelakan 4 kursi penumpangnya untuk si ibu &
anak2nya.
Ketika
sampai di terminal bis, 4 penumpang gratisan ini turun. Si Ibu
mengucapkan terima kasih kepada Supir. Di belakang ibu itu, seorang
penumpang pria turun lalu membayar dengan uang Rp.20 ribu. Ketika supir
hendak memberi kembalian (ongkos angkot hanya Rp.4 ribu) Pria ini bilang
bahwa uang itu untuk ongkos dirinya & 4 penmpang gratisan tadi.
“Terus jadi orang baik ya, Dik ” kata pria tersebut kepada sopir angkot
muda itu ...
Sore
itu saya benar2 dibuat kagum dengan kebaikan2 kecil yg saya lihat.
Seorang Ibu miskin yg jujur, seorang Supir yg baik hati, & seorang
penumpang yg budiman. Mereka saling mendukung untuk kebaikan.
Andai
separuh saja bangsa kita seperti ini, maka dunia akan takluk oleh
kebaikan kita! Silahkan disebar jika menurut anda hal ini patut di
contoh sebagai cara berbuat kebajikan.
- (Kukuh Nirmala, di Jakarta) -
0 komentar:
Posting Komentar